Sistem Zonasi yang diterapkan oleh pemerintah sejenak membuat galau pikiranku karena Rumahku terletak 1500 km dari SMPN 1 Sukodono. Sedangkan aku sekarang sudah duduk Dikelas 6 SDI Mutiara Anak Sholeh. Jika sistem Zonasi tahun ini masih diterapkan maka aku Tidak bisa masuk ke SMPN 1 Sukodono, karena Zonasi maksimal untuk bisa diterima di SMP tersebut adalah 1200 km. Padahal kenyataan dilapangan yang Zonasinya 900 km saja Dari sekolah tersebut sudah tidak bisa diterima karena kelebihan kuota. Otomatis aku juga Tidak bisa diterima. Bukan aku saja , ayah dan bunda juga berpikir keras tentang masalah ini.
SMPN 1 Sukodono merupakan salah satu SMP favoritku karna aku berasumsi jika aku Bisa masuk SMP Negeri, nantinya aku juga bisa melanjutkan kejenjang SMA Negeri dan bisa Melanjutkan kuliah ke Universitas Negeri juga. Teori tersebut sudah menjadi hal yang pakem Di masyarakat tentunya harus dengan kerja keras juga dalam mewujudkannya.Banyak orang Berebut masuk SMP Negeri bertujuan untuk bisa memperoleh pendidikan dengan kualitas Yang baik dan biaya yang ringan.
Menurut berita yang kudengar sistem Zonasi ini adalah mencontoh gaya pendidikan di Negara Australia lalu diterapkan dinegara kita. Disekolahku sejak diterapkan sistem ini tahun kemarin tidak ada yang masuk SMP negeri, karena tidak bisa masuk Zonasi. Ada yang masuk pesantren di Gontor, ada yang masuk pesantren bumi selawat, ada yang masuk ke SMP Al Hikmah, Insan Kamil dan ke SMP favorit lainya. Mereka semua memilih sekolah yang Favorit dengan harapan bisa menjadi lebih baik. Padahal prestasi akademik mereka sangatlah memungkinkan bila masuk ke SMP Negeri.
Tujuan pemerintah dengan diterapkan sistem Zonasi ini agar penduduk di sekolah Terdekat bisa masuk sekolah tersebut. Padahal menurut pendapat saya meskipun sistem DANEM yang Seperti dulu sebagai acuan jika penduduk sekitarnya berprestasi pasti juga Bisa berkesempatan masuk tanpa aturan Zonasi. Atau mungkin sengaja diterapkan sistem Zonasi itu agar anak yang tidak berprestasi dilingkungan tersebut bisa mendapat pendidikan Yang lebih baik, saya belum memahami kebijaksanaan pemerintah tentang hal ini. Tapi apa Tidak tambah pusing ya anak yang kurangberprestasi kemudian ditempah denganpengajaran Yang lebih sulit dan lebih disiplin ?. Seandainya pemerintah menambah lagi gedung SMP Negeri di beberapa kecamatan yang belum ada SMP Negerinya atau kurang, mungkin bisa Membantu anak – anak yang ingin masuk ke sekolah Negeri begitu juga dengan penambahan Guru – gurunya yang berprestasi sehingga tidak ada lagi rasa kecemburuan bagi anak – anak yang berkeinginan masuk SMP Negeri tetapi terhalang karena sistem Zonasi.
Sebenarnya orang tuaku juga tidak berkeberatan bila aku memilih sekolah favorit yang Aku inginkan bila aku tidak bisa diterima Di SMPN 1 Sukodono, karena terhalang sistem Zonasi, orang tuaku juga memberikan berberapa alternatif brosur sekolah untuk kita tinjau Dulu sebelum kita memilih.Ada pondok pesantren AmanatulUmah diPacet, Ada MTSN di Krian Dan juga SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo semua itu rekomendasi dari orang tuaku. Jika memang sudah tidak bisa diterima aku cenderung memilih ke SMP 1 Muhammadiyah Sidoarjo. Sedangkan bundaku lebih mengarahkan untuk masuk sekolah Tsanawiyah Negeri yang Berada di Krian. Karena selain kualitas pendidikannya setara dengan SMP Negeri juga Pendidikan Agamanya lebih banyak. Didepan SMP MTSN Tsanawiyah Negeri Krian itu juga terdapat Pondok Pesantren, sehingga jika aku merasa kejauhan untuk pulang kerumah menurut bundaku aku bisa sekalian masuk pondok pesantren itu juga. Aku belum bisa memutuskan hal ini. Nanti aku akan diskusikan lagi dengan teman – temanku.
Ustadz dan Ustadzahku juga mengarahkan kami agar tetap semangat dalam belajar Dan mengerjakan Ujian Nasional untuk menjadi yang terbaik. Sedini mungkin mencari Sumber informasi untuk SMP favorit pilihan yang akan kita tuju dan menyurveinya agar kita Tidak salah pilih, sambil menunggu kemungkinan ada perubahan kebijaksaan dari Pemerintah untuk tahun ajaran kami nanti mengenai pendaftaran SMP Negeri tetap Menggunakan sistem Zonasi atau DANEM, atau menggunakan sitem keduanya. Ustadz dan Ustadzah mengingatkan kepada kami meskipun kami tidak bisa diterima di SMP Negeri karena terhalang sistem Zonasi, diharpkan anak – anak tidak kecewa dan patah semangat karena masih banyak sekolah favorit yang bisa memberikan kualitas pendidikan yang lebih Baik dan mencetak generasi yang berprestasi. Sudah banyak contohnya para pemimpin yang Dihasilkan dari lulusan Pondok Pesantren Gontor .
Alasanku sendiri kenapa aku lebih senang memilih ke SMPN 1 Sukodono karena tidak Begitu jauh dari rumahku. Aku bisa bersepeda sendiri ke sekolah tanpa diantar dan dijemput Oleh ayahku. Sudah 6 tahun aku sekolah diantar jemput oleh ayahku, sudah waktunya aku Berangkat sendiri. Aku ingin bisa mandiri karena aku sudah besar. Seandainya aku bisa Masuk SMPN 1 Sukodono setelah sepulang sekolah Aku bisa membantu ibuku menjemput Adikku pulang sekolah. Karena sudah 6 tahun sekolahku full day jadi aku jarangsekaliMembantu ibuku. Selain itu biaya di SMPN 1 Sukodono lebih ringan dari pada disekolah Favorit. Apalagi keadaan usaha ayahku agak menurun, jadi jika aku sekolah di SMP favorit Kasihan ayahku biayanya terlalu banyak, meskipun mereka tidak berkeberatan untuk Menyekolakan aku di SMP favorit pilihanku, tetapi aku tidak mau menyulitkan kedua orang Tuaku. Aku berharap ada cara lain agar aku bisa masuk SMPN 1 Sukodono. Semoga Pemerintah mempertimbangkan kembali agar penggunaan DANEM bisa Diefektifkan lagi Sehingga aku akan belajar keras lagi untuk mendapatkan DANEM yang Tinggi dan bisa Masuk ke SMP Negeri.
Terus terang saja saat diterapkannya sitem Zonasi membuatku belajar agak enggan, Sempat terbersit dalam benakku untuk apa belajar keras menghadapi Ujian Nasional kalau Toh nilai ku bagus tetap tidak bisa masuk SMPN 1 Sukodono, padahal kalau dipikir – pikir Jarak sekolah SMPN 1 Sukodono dengan rumahku juga tidak terlalu jauh jika ditempuh Dengan sepeda paling lama membutuhkan waktu sekitar 15 menit saja. Sedangkan ada Sebagian dari mereka yang tidak berprestasi tetapi berdomisili disekitar SMP Negeri 1 Sukodono bisa diterima di SMP tersebut. Tentunya hal ini menyebabkan kecemburuan siswa Bukan saya saja. Tapi aku sadar aku tidak boleh punya pikiran seperti itu, aku harus tetap Berusaha belajar semaksimal mungkin demi Ayah dan bundaku, karna tidak ada hasil yang Sia – sia kalau kita mau berusaha keras kata bundaku. Sampai kutulis cerpen ini aku masih Merasa galau. Tidak terasa malam pun telah larut dan aku pun mulai mengantuk semoga saat Aku Terbangun nanti ada secercah harapan baru bagiku agar aku bisa diterima di SMPN 1 Sukodono. Semoga Allah mengabulkan permintaanku, Amiiin.